Lanjut ke konten

Makna Kalimat “Laa ilaaha illaLLOH” bagi NU

Dalam bahasa arab kalimat “laa” itu bisa berarti nafi tapi bisa juga berarti itsbat tergantung makna kalimatnya. Orang-orang tariqat NU itu orang awam yang nekat belajar agama berdalam-dalam dengan bekal yang sangat minim. Kemudian mereka menyimpulkan kalimat “laa ilaaha illalloh” mempunyai dua makna. Secara dzahir maknanya tiada sesembahan selain ALLOH. Tapi jika digali lebih jauh justru membolehkan kesyirikan. Artinya adalah: Demi Tuhan selain ALLOH.

Dalam penafsiran ini juga mereka kadang mengucapkan kalimat “laa ilaah”. Artinya: Tidak ada tuhan. Tapi menurut mereka, terserah mereka saja, toh mereka meniatkannya dengan arti: Demi Tuhan.

Ditafsirkan lebih jauh lagi jika kedua maknanya digabung adalah bahwa Tuhan itu antara ada dan tiada! Dalilnya katanya: Bukankah ALLOH itu Adh Dhohir dan Al Batin? Bagaimana mereka bisa mengkompromikannya?

Ini semua berkaitan dengan keyakinan ibnu arobi mereka bahwa alam ini semua bukannya makhluk tapi perwujudan dari Al Kholiq.

Apakah ini Islam? Bukan! Tapi ini ajaran tasyawuf yang penuh dengan kezindiqkan.

Ini adalah ajaran yang merusak akal orang-orang awam terutama orang yang tidak terpelajar yang merusak aqidah dan pondasi agama Islam.

Makna kalimat “laa ilaaha illalloh” dalam ajaran Islam adalah “laa ma’buda bi haqqin illaLLOH”. Artinya tak ada sesembahan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali ALLOH. Inilah kalimat Tauhid. Inilah apa yang kita pahami dari para ulama sunnah yang mendalam ilmunya yang memahami Islam dengan ikhlas mengikuti para pendahulunya yaitu RosuluLLOH SholaLLOHU a’alaihi wa Sallam dan para shahabatnya yang telah memperjuangkan Islam sehingga sampai pada kita sekarang. Patra ulama itu mengikuti sunnah dan tidak membuat-buat hal yang baru.

Semoga ALLOH melindungi kita dari kesesatan dan penyimpangan.

Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar